Pages - Menu

Lampu Sodium LPS dan HPS

Lampu Sodium HPS dan LPS

Sejak lampu pijar di demonstrasikan untuk pertama kali oleh Thomas Alva Edison, pada tanggal 31 Desember  1879 di Menlo Park, New Jersey , lampu pijar semakin berkembang dikemudian hari. 
Revolusi teknologi mengenai lampu ini berkembang dengan pesatnya. 

Dan untuk pertama kalinya pada tahun 1910 digunakan lampu pendar (discharge) dengan tegangan tinggi. Yang prinsip kerjanya menggunakan sistem emisi elektron bergerak dari Katoda menuju Anoda pada tabung lampu menyebabkan elektron menumbuk atom atom media gas yang ada didalam tabung. Akibat tumbukan ini terjadi pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Sistem ini disebut juga Luminscence (Berpendarnya energi cahaya luar tabung).


Media gas didalam tabung yang digunakan pun bermacam-macam. Dan pada tahun 1932 ditemukan lampu pendar dengan media gas sodium bertekanan rendah.


Lampu sodium tekanan rendah

Lampu Sodium tekanan rendah
(source: www.wikipidea.org)

Lampu sodium tekanan rendah (LPS) ini serupa dengan sistem lampu Neon, dan masuk kedalam keluarga HID (High Intensity Discharge). Lampu ini disebut sumber cahaya 
sumber cahaya monokromatis, karena semua warna nampak hitam, putih, atau berbayang abu-abu. Lampu LPS tersedia dalam kisaran 18-180 watt. 

Penggunaan lampu LPS umumnya hanya untuk penggunaan luar ruang seperti penerangan keamanan atau jalanan dan jalan dalam gedung, penggunaan watt nya rendah dimana kualitas warnanya tidak penting (seperti ruangan tangga). Walau demikian, karena perubahan warnanya sangat buruk, beberapa daerah tidak mengijinkan penggunaan lampu tersebut untuk penerangan jalan raya.


Lampu LPS lebih mirip dengan lampu pendar daripada lampu lucutan intensitas tinggi karena lampu ini bertekanan rendah, sumber lucutan berintensitas rendah dan bentuknya yang mirip lampu pendar. Juga seperti lampu pendar, lampu ini tidak memperlihatkan busur cerah seperti lampu HID lainnya, lampu ini memancarkan sinar lembut, menghasilkan sorotan yang lebih rendah. Tak seperti lampu HID lainnya, yang dapat mati total saat tegangan ditiadakan, lampu natrium tekanan rendah membusur kembali ke kecerahan maksimum dengan cepat.


Ciri-ciri lampu LPS :

  • Efficacy – 100 – 200 lumens/Watt
  • Indeks Perubahan Warna – 3
  • Suhu Warna – Kuning (2.200K)
  • Umur Lampu – 16.000 jam
  • Pemanasan – 10 menit, pencapaian panas – sampai 3 menit


Lampu sodium tekanan tinggi

Lampu SON

Lampu sodium tekanan tinggi (HPS) pertama kali di temukan pada tahun 1965, lampu ini 
lebih dikenal dengan nama SON adalah lampu yang paling banyak digunakan untuk penerapan di luar ruangan dan industri. 

Efficacy nya yang tinggi dibanding dengan model LPS membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik daripada metal halida, terutama bila perubahan warna yang baik bukan menjadi prioritas. 

Lampu HPS berbeda dari lampu merkuri dan metal halida karena tidak memiliki starter elektroda; sirkuit balas dan starter elektronik tegangan tinggi. Tabung pemancar listrik terbuat dari bahan keramik, yang dapat menahan suhu hingga 2372 F atau 1300 C. Didalamnya diisi dengan xenon untuk membantu menyalakan pemancar listrik, juga campuran gas sodium – merkuri.

Diagram Lampu SON:

Wiring Lampu SON


Lampu SON memiliki ciri ciri :

  • Efficacy – 50 - 90 lumens/Watt (CRI lebih baik, Efficacy lebih rendah)
  • Indeks Perubahan Warna – 1 – 2
  • Suhu Warna - Hangat
  • Umur Lampu – 24.000 jam, perawatan lumen yang luar biasa
  • Pemanasan – 10 menit, pencapaian panas – dalam waktu 60 detik
  • Mengoperasikan sodium pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi menjadikan sangat
  • reaktif.
  • Mengandung 1-6 mg sodium dan 20mg merkuri
  • Gas pengisinya adalah Xenon. Dengan meningkatkan jumlah gas akan menurunkan
  • merkuri, namun membuat lampu jadi sulit dinyalakan.
  • Arc tube (tabung pemacar cahaya) didalam bola lampu mempunyai lapisan pendifusi
  • untuk mengurangi silau.
  • Makin tinggi tekanannya, panjang gelombangnya lebih luas, dan CRI nya lebih baik,
  • efficacy nya lebih rendah.

Semoga Bermanfaat ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar